Selamat Datang

Selamat datang..... Blog ini menyediakan informasi tentang SMA YPK MERAUKE

Selasa, 22 Oktober 2013

Romba, Spesies Baru Makhluk Amphibi Dari Merauke (Bagian 1)




Posted on 9 Oktober 2013 by nameknamuk
Oleh : Namek – Namuk | Bagian 1
Publik di Merauke, secara khusus kaum pribumi Papua Selatan, mulai resah dengan kehadiran spesies baru makhluk amphibi berkelamin ganda yang beracun, yang diketahui bernama Romba, sebuah nama yang diberikan secara spontan. Sesuai jenisnya, dia bisa dengan leluasa hidup di dua alam : darat dan air, dan dengan racun, keanehan bentuk fisik dan tingkah laku yang  dimilikinya, telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat selama 2 tahun terakhir.
Bagi mereka yang belum mengenal Romba dan baru mendengar namanya, kemunculan spesies baru ini dianggap akan menjadi pelengkap julukan Tanah Papua sebagai surga bumi yang eksotik dengan segudang binatang endemik, dimana para ahli dipastikan akan berlomba-lomba melakukan penelitian dan menjaga serta melindungi kelestarian populasinya melalui sebuah produk regulasi resmi dan proyek ilmu pengetahuan berbiaya tinggi.
Sebaliknya, mereka yang tahu persis seperti apa spesies makhluk amphibi bernama Romba, akan terus memaki dirinya dan mengutuk bentuk fisik dan tingkah lakunya yang buruk serta berusaha menyelamatkan diri dari racunnya yang mematikan.
Dialah Romba, Romanus Mbaraka, laki-laki keturunan suku Key yang secara licik menampilkan dirinya sebagai Orang Asli Papua dari suku Marind Anim dan berhasil merebut kursi Bupati Merauke periode 2010-2015 tanpa hambatan yang berarti.
Romanus Mbaraka secara sadar dan sistematis berhasil menampilkan dirinya seperti binatang amphibi sejati. Pria bermuka dua ini di satu sisi bebas hidup sebagai Orang Marind Anim, memeluk adat suku ini dan mengaku sebagai anak Marind Anim di hadapan komunitas Marind Anim dalam setiap kesempatan. Disisi lain, dia juga menampilkan dirinya sebagai Orang Key sesuai garis keturunan ayah biologisnya.
Darah Key yang mengalir dalam tubuhnya mengharuskan dia untuk menggunakan posisinya sebagai Bupati Merauke untuk melindungi dan mengamankan semua kepentingan suku Key, sebuah suku asal Kepulauan Maluku yang didatangkan dan ditanam  pemerintah kolonial Belanda dengan dukungan Misi Gereja Katolik dan Protestan di Kabupaten Merauke. Mulai dari jabatan-jabatan penting dalam birokrasi pemerintahan, lapangan akademis, LSM, pembagian proyek di setiap SKPD, Yayasan, Partai Politik pendukungnya sampai Kepolisian, semua dimanfaatkan secara baik untuk memperkuat posisi suku Key di Merauke.
Tindakan Romanus Mbaraka dalam membela kepentingan suku Key jelas bertolak-belakang dengan perjalanan hidupnya sebagai seorang anak lak-laki yang lahir dari rahim seorang perempuan Papua. Dia dibesarkan dalam komunitas ibunya dan disekolahkan tanpa bantuan biaya sepeser pun dari keluarga Key lantaran statusnya yang dianggap sebagai anak haram.
Dia baru mengaku berdarah Key, mengunjungi saudara-saudari biologisnya dari garis ayah, mengundang Pemda Kabupaten Maluku Tenggara hadir dalam setiap acara di Merauke sebagai tamu spesial dan membela kepentingan suku Key secara ekstrim setelah dia berhasil merebut kursi Bupati Merauke, sebuah posisi yang ekslusif diperuntukkan bagi Orang Asli Papua sesuai amanat Otonomi Khusus.
John Tabo dari Papua Selatan
John Tabo, mantan Bupati Kabupaten Tolikara, adalah anak yang lahir dari seorang perempuan suku Dani. Ibunya adalah seorang gadis bisu,  mengandung dari tentara, seorang laki-laki tidak bertanggungjawab asal suku Toraja dan melahirkan anak laki-laki, itulah dia, John. Dia dibaptis dengan nama John Tabo, dimana Tabo adalah marga ibu kandungnya.
John Tabo dibesarkan dalam tradisi suku Dani yang sangat kental. Dia fasih berbahasa Dani, memahami adat Dani dan seluk-beluknya, mengenal baik kampung halaman dan basis Honai atau Kunume-nya, selalu menangis dan bagi-bagi uang ke masyarakat dan selalu ber-Lendawe, ratapan khas suku Dani saat digelar ritual duka.
John Tabo mulai dikenal sebagai sosok makhluk amphibi di kawasan Pegunungan Tengah Papua ketika dirinya berhasil merebut kursi Bupati Tolikara. Dia mengambil inisiatif mencari ayah biologisnya sampai ketemu. Dia berhasil menemukan saudara-saudari biologisnya dari garis ayah, membangun rumah mewah bagi mereka, mengunjungi kampung halamannya di Tana Toraja, membangun Tongkonan (Rumah Adat) di sana, menyembelih Tedong Saleko (spesies kerbau termahal) dalam jumlah besar di Tana Toraja dan menjadikan Kabupaten Tolikara sebagai basis bagi suku Toraja. Semua ini dilakukan sebagai wujud baktinya kepada suku Toraja dari mana 50% darahnya berasal dan 100% menggunakan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Tolikara.
Selama menjabat Bupati, dia lebih mementingkan Orang Toraja daripada Orang Dani. Sebanyak 9 dari 12 SKPD Kabupaten Tolikara dikuasai oleh Orang Toraja, mulai dari Kepala Dinas sampai PNS dan Tenaga Honorer. Proyek bernilai Milyaran Rupiah yang dananya bersumber dari APBD Kabupaten dan Provinsi maupun APBN semua jatuh ke tangan Kontraktor Asal Toraja, diantaranya ke tangan Samuel Kadang, seorang kontraktor kaya asal Toraja yang berbasis di Merauke. Semua ini dilakukan John Tabo secara sadar dan sistematis dengan mengabaikan semangat Papuanisasi di berbagai sektor di Papua.
Sampai saat ini, walaupun Kabupaten Tolikara yang beribukota di Karubaga itu telah dipimpin oleh anak asli Suku Dani, Orang Toraja masih tetap menikmati hak-hak istimewa di hampir semua sektor, karena basis mereka telah berakar kuat secara sempurna berkat strategi jitu yang ditempuh dan diterapkan selama kepemimpinan John Tabo.
Gereja, kekristenan, nyaman hidup di daerah Pegunungan dan kebiasaan mengkonsumsi  daging babi adalah sarana yang digunakan sebagai senjata ideologis untuk tujuan mengelabui masyarakat Dani demi menegakkan dominasi Toraja. Dominasi Toraja yang sukses mengambilalih hak kesulungan Orang Dani menyebabkan kata TOLIKARA, oleh masyarakat setempat, diplesetkan menjadi TOraja LIngkar KARubagA. (Bersambung ke Bagian 2)

taken from http://nameknamuk.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.